Sejauh ini tiga helai kain yang ditemukan mengandung pewarna suci yang dikenal dengan nama tekhelet itu.
Ilmuwan menemukan kain kuno berusia 2.000 tahun yang diwarnai dengan "pewarna biru suci" seperti yang ditulis dan dideskripsikan dalam Alkitab.
Sejauh ini, baru tiga helai kain yang ditemukan mengandung pewarna suci yang dikenal dengan nama tekhelet itu.
Penemuan tersebut diumumkan di sebuah konferensi pers yang digelar di Yerusalem, pada Senin (30/12) lalu. Konferensi pers digelar sekaligus dalam rangka memperingati 100 tahun publikasi tentang tekhelet oleh pemuka Yahudi, Rabbi Yitzchak Halevi Herzog.
Ialah Na'ama Sukenik, kurator di Israel Antiquity Authority, yang mengonfirmasi bahwa kain kuno itu mengandung pewarna suci.
Kain kuno tersebut ditemukan pada tahun 1950-an di gua Wadi Murba'at, goa di mana para pejuang Yahudi bersembunyi dari pemberontakan Bar Kokhba pada abad ke-2. Sukenik percaya bahwa kain kuno itu juga merupakan milik para pejuang Yahudi yang hidup pada masa tersebut.
Sukenik menganalisis kain tersebut sebagai bagian dari riset program doktoralnya. Hasil riset mengungkap bahwa kain memakai pewarna biru suci dan diproduksi di wilayah setempat.
Pewarna biru suci merupakan pewarna alami yang bersumber dari cairan yang dihasilkan oleh spesies siput Murex trunchular. Dalam kitab Talmud, siput itu disebut "khizalon".
Cairan yang dihasilkan oleh siput murex itu sebenarnya berwarna kuning. Namun, ketika terekspos oleh matahari, warna cairan berubah menjadi biru. Di masa lalu, pewarna biru suci dimanfaatkan untuk mewarnai bagian rumbai atau "tzitzit" kain tradisional pria yang juga dipakai oleh para pemuka agama.
Baruch Sterman, fisikawan dan ahli pewarna siput yang juga menulis bukuThe Rarest Blue mengatakan, "Saya pikir ini temuan menarik."
Sejauh ini, baru tiga helai kain yang ditemukan mengandung pewarna suci yang dikenal dengan nama tekhelet itu.
Penemuan tersebut diumumkan di sebuah konferensi pers yang digelar di Yerusalem, pada Senin (30/12) lalu. Konferensi pers digelar sekaligus dalam rangka memperingati 100 tahun publikasi tentang tekhelet oleh pemuka Yahudi, Rabbi Yitzchak Halevi Herzog.
Ialah Na'ama Sukenik, kurator di Israel Antiquity Authority, yang mengonfirmasi bahwa kain kuno itu mengandung pewarna suci.
Kain kuno tersebut ditemukan pada tahun 1950-an di gua Wadi Murba'at, goa di mana para pejuang Yahudi bersembunyi dari pemberontakan Bar Kokhba pada abad ke-2. Sukenik percaya bahwa kain kuno itu juga merupakan milik para pejuang Yahudi yang hidup pada masa tersebut.
Sukenik menganalisis kain tersebut sebagai bagian dari riset program doktoralnya. Hasil riset mengungkap bahwa kain memakai pewarna biru suci dan diproduksi di wilayah setempat.
Pewarna biru suci merupakan pewarna alami yang bersumber dari cairan yang dihasilkan oleh spesies siput Murex trunchular. Dalam kitab Talmud, siput itu disebut "khizalon".
Cairan yang dihasilkan oleh siput murex itu sebenarnya berwarna kuning. Namun, ketika terekspos oleh matahari, warna cairan berubah menjadi biru. Di masa lalu, pewarna biru suci dimanfaatkan untuk mewarnai bagian rumbai atau "tzitzit" kain tradisional pria yang juga dipakai oleh para pemuka agama.
Baruch Sterman, fisikawan dan ahli pewarna siput yang juga menulis bukuThe Rarest Blue mengatakan, "Saya pikir ini temuan menarik."
Sumber Referensi:
0 komentar:
Posting Komentar
Berkomentarlah sewajarnya ! Dilarang Keras Berkicau SARA , Mengejek , Menghina Siapapun di sini ! Jika Sudah paham maka Silahkann Berkomentarlah ! Terimakasih