Remaja dikenal sebagai pribadi yang lebih senang mendengar apa yang dibicarakan sesamanya. Apa yang dilakukan teman dekat mereka lambat laun akan ditirunya. Sedangkan hal-hal yang dihindari perlahan akan dijauhinya.
Kedekatan remaja dengan sesamanya bukan tidak mungkin mengalahkan orangtua. Hal ini dapat dilihat dari upaya semaksimal mungkin untuk meniru temannya.
Karakter remaja inilah yang kemudian digunakan SMPN 3 Taeh, kecamatan Payakumbuh, Sumatera Barat, dalam melakukan edukasi kesehatan reproduksi kepada siswanya. Para siswa diajak berperan aktif memberikan info dan pengetahuan pada teman-temannya seputar kesehatan reproduksi.
Pihak sekolah merekrut 10 persen dari total siswa yang dinilai bisa menyebarkan informasi, menjadi panutan, tapi juga bisa menjadi teman.
Kedekatan remaja dengan sesamanya bukan tidak mungkin mengalahkan orangtua. Hal ini dapat dilihat dari upaya semaksimal mungkin untuk meniru temannya.
Karakter remaja inilah yang kemudian digunakan SMPN 3 Taeh, kecamatan Payakumbuh, Sumatera Barat, dalam melakukan edukasi kesehatan reproduksi kepada siswanya. Para siswa diajak berperan aktif memberikan info dan pengetahuan pada teman-temannya seputar kesehatan reproduksi.
Pihak sekolah merekrut 10 persen dari total siswa yang dinilai bisa menyebarkan informasi, menjadi panutan, tapi juga bisa menjadi teman.
"Para siswa ini mendapat pengetahuan kesehatan reproduksi dari guru UKS. Info ini kemudian bisa disebarkan pada siswa yang lain," kata Kepala Sekolah SMPN 3 Taeh, Payakumbuh, Adrianopel M, Pd, pada penganugerahan Pemenang Lomba Sekolah Sehat 2013, Kamis (19/9).
Saat ini, SMPN 3 Taeh memiliki 57 siswa yang dipilih untuk memberikan info seputar kesehatan reproduksi kepada 500an murid lainnya. Dengan program ini, SMPN 3 Taeh terpilih menjadi Pemenang Lomba Sekolah Sehat 2013, kategori pencapaian terbaik.
Menurut Adrianopel, metode ini lebih efektif dibandingkan penyuluhan langsung dari guru. "Memang tidak selalu mudah memberi tahu siswa seputar kesehatan reproduksi. Kebanyakan siswa bisa lebih nyaman dan terbuka saat berdialog dengan temannya," kata Adrianopel.
Metode ini menjadikan guru UKS hanya sebagai fasilitator. Maksudnya, apa yang dibutuhkan siswa akan disediakan guru. Namun siswa sendirilah yang menentukan apa saja yang mereka butuhkan, terkait pengetahuan kesehatan reproduksi.
Dalam penerapannya, pihak sekolah juga bekerja sama dengan orangtua dan puskesmas. "Khusus dengan orangtua, kami ingin mereka mengenal dekat anaknya. Mereka harus jadi yang pertama tahu apa yang terjadi pada anaknya, terutama terkait kesehatan reproduksi," kata Adrianopel.
Kesehatan reproduksi, kata Adrianopel, bagaimanapun harus sedini mungkin diberitahukan kepada siswa. Dengan mengetahuinya sejak dini, siswa tidak akan penasaran atau mencari sendiri jawaban keingintahuannya. Tentunya cara yang digunakan harus sesuai dunia remaja, sehingga mereka tak malu atau segan.
Upaya ini disambut positif Menteri Kesehatan RI, Nafsiah Mboi. Menurutnya, pengetahuan kesehatan reproduksi memang harus dikenal sejak awal. Pengetahuan ini mencegah remaja menuntaskan rasa penasaran, dengan cara yang belum tentu benar.
"Langkah ini sudah tepat dan bisa dicontoh sekolah lainnya. Kesehatan adalah investasi jangka panjang. Upaya menjaga kesehatan sejak dini akan bermanfaat bagi masa depan anak," kata Nafsiah.
Saat ini, SMPN 3 Taeh memiliki 57 siswa yang dipilih untuk memberikan info seputar kesehatan reproduksi kepada 500an murid lainnya. Dengan program ini, SMPN 3 Taeh terpilih menjadi Pemenang Lomba Sekolah Sehat 2013, kategori pencapaian terbaik.
Menurut Adrianopel, metode ini lebih efektif dibandingkan penyuluhan langsung dari guru. "Memang tidak selalu mudah memberi tahu siswa seputar kesehatan reproduksi. Kebanyakan siswa bisa lebih nyaman dan terbuka saat berdialog dengan temannya," kata Adrianopel.
Metode ini menjadikan guru UKS hanya sebagai fasilitator. Maksudnya, apa yang dibutuhkan siswa akan disediakan guru. Namun siswa sendirilah yang menentukan apa saja yang mereka butuhkan, terkait pengetahuan kesehatan reproduksi.
Dalam penerapannya, pihak sekolah juga bekerja sama dengan orangtua dan puskesmas. "Khusus dengan orangtua, kami ingin mereka mengenal dekat anaknya. Mereka harus jadi yang pertama tahu apa yang terjadi pada anaknya, terutama terkait kesehatan reproduksi," kata Adrianopel.
Kesehatan reproduksi, kata Adrianopel, bagaimanapun harus sedini mungkin diberitahukan kepada siswa. Dengan mengetahuinya sejak dini, siswa tidak akan penasaran atau mencari sendiri jawaban keingintahuannya. Tentunya cara yang digunakan harus sesuai dunia remaja, sehingga mereka tak malu atau segan.
Upaya ini disambut positif Menteri Kesehatan RI, Nafsiah Mboi. Menurutnya, pengetahuan kesehatan reproduksi memang harus dikenal sejak awal. Pengetahuan ini mencegah remaja menuntaskan rasa penasaran, dengan cara yang belum tentu benar.
"Langkah ini sudah tepat dan bisa dicontoh sekolah lainnya. Kesehatan adalah investasi jangka panjang. Upaya menjaga kesehatan sejak dini akan bermanfaat bagi masa depan anak," kata Nafsiah.
Sumber Referensi:
0 komentar:
Posting Komentar
Berkomentarlah sewajarnya ! Dilarang Keras Berkicau SARA , Mengejek , Menghina Siapapun di sini ! Jika Sudah paham maka Silahkann Berkomentarlah ! Terimakasih